Pandemic and The Rise of Data and Computational Journalism

Ketika pandemi Covid-19 dimulai, pemerintah negara di penjuru dunia memberi informasi jumlah pasien Covid-19 setiap hari. Namun, penyajian data dalam bentuk angka tidak bisa disajikan begitu saja kepada khalayak. Data yang diberikan pemerintah perlu diolah, divisualisasikan, dan diceritakan kepada pembaca untuk lebih muda dicerna. Akhirnya, fenomena global ini menjadi pembuka jalan bagi kemajuan jurnalisme data.

Virus baru yang mewabah di Tiongkok belum dianggap sebagai isu besar pada akhir 2019. Namun, Adolfo Arranz yang kini menjadi Senior Graphics Editor di Reuters bersama timnya memutuskan untuk meliput Covid-19 pada 21 Januari 2020. Dengan waktu yang terbatas, Adolfo akhirnya memuat data jumlah pasien dalam bentuk peta sederhana. Tak hanya itu, timnya di South China Morning Post (SCMP) juga memberi data tambahan dalam bentuk infografis siluet hewan yang dijual di sebuah pasar di Wuhan, tempat diduga epicentre. “Tidak semua data harus berbentuk bar chart, bisa juga dalam ilustrasi yang bisa menyajikan data dengan baik,” ungkapnya. 

Mantan seniman infografik El Mundo ini juga menekankan bagaimana semua hal bisa menjadi data. “Data bukanlah ilustrasi, tetapi ilustrasi adalah data.”

Pandemi di awal 2020 membawa dampak yang sangat besar bagi dunia jurnalisme data, mulai dari pola kerja di redaksi hingga pola kerja di bisnis media. Meningkatnya kasus Covid 19 membuat kebutuhan akan data juga semakin meningkat. Munculnya misinformasi yang meningkat juga membuat media perlu semakin masif dalam memberitakan kondisi yang sedang berlangsung. Sejak pandemi, kebutuhan data dan pemberitaan media mulai bergeser ke topik kesehatan, ilmu pengetahuan, lingkungan, dan teknologi.

Yura Syahrul, Editor in Chief Katadata mengatakan bahwa, kini perubahan yang terjadi dalam dunia jurnalisme data adalah bagaimana jurnalisme tidak hanya memberikan data, tetapi bisa memberikan solusi dari masalah yang ada di publik. Kolaborasi juga menjadi penting untuk membuat jurnalisme data yang lebih bermanfaat. 

Sejak awal Katadata menjalankan Data Journalism yang didasari beberapa faktor seperti kebebasan reformasi dan perkembangan teknologi yang memudahkan orang mengakses data. “Awal pandemi pada 2020 tentu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia jurnalisme data mulai dari pola kerja di redaksi dan pola kerja bisnis media,” ujarnya.

Sebelum pandmi Covid-19 Katadata juga sudah membuat konten yang dipublikasikan misalnya, terkait pemerintah yang mencabut subsidi yang sempat menghebohkan publik. Katadata tak hanya memberikan data, tetapi juga menjelaskan alasan, dampak, risiko, dan manfaat yang disajikan dalam bentuk infografik. 

Yura mengatakan kasus covid yang semakin meningkat juga membuat data yang dibutuhkan semakin banyak. Adanya misinformasi membuat media perlu semakin masif dalam memberitakan kondisi yang sedang berlangsung. 

Katadata juga melakukan kolaborasi dengan pemerintah (KemenKes) dan tim Kawal Covid dalam pemberitaan Covid-19.

“Sejak pandemi, mulai muncul pergeseran pemberitaan media yang mengacu pada topik kesehatan, ilmu pengetahuan, serta lingkungan dan teknologi,” katanya. 

Bagikan Artikel Ini :

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn

Instagram