Menemukan Hoaks dalam Balutan Konten Multimedia

Ilustrasi editing video | Foto oleh AmjithS/Unsplash

Berita bohong atau hoaks tidak hanya diserbarluaskan melalui tulisan artikel dan pesan yang menyesatkan, tetapi juga melalui konten multimedia. Konten hoaks bisa berupa video deepfake, foto yang dimanipulasi menggunakan Photoshop, hingga audio yang dipalsukan. 

Meningkatnya minat masyarakat terhadap konsumsi konten multimedia tentu menjadi lahan empuk bagi mereka yang menyebarkan hoaks atau disinformasi. Belum lagi  perkembangan perangkat editing dan keberadaan artificial intelligence semakin membuat konten multimedia yang berisi hoaks ini sulit diidentifikasi kepalsuannya.

Jurnalis yang akrab dengan konten multimedia perlu membekali diri dengan kemampuan memeriksa fakta misinformasi dan disinformasi. Dengan demikian, jurnalis mampu membongkar berita bohongyang terus menjamur seiring dengan berkembangnya medium-medium penyebaran informasi– era information disorder

Lantas, bagaimana cara memeriksa fakta dari konten-konten multimedia ini? 

Konten audio palsu misalnya. Tidak sedikit oknum yang menggunakan perangkat editing suara untuk memanipulasi pitch dan elemen audio sehingga menghasilkan suara yang menyerupai suara orang lain. Di tingkat yang lebih canggih, artificial intelligence bahkan bisa mengambil data sampel suara dan memanipulasi suara itu untuk melafalkan kalimat apa pun. Audio ini sangat realistis sehingga sulit mengidentifikasi kepalsuannya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memverifikasi suatu audio dipalsukan atau tidak. Secara umum, suara yang dimanipulasi perangkat editing ataupun mesin jelas berbeda dengan suara asli manusia. Misalnya dalam hal nada, kecepatan suara, dan pelafalan huruf vokal dan konsonan. Dalam hal timing dan kecepatan suara, audio palsu cenderung diucapkan dengan lebih cepat. Mesin juga tidak begitu baik dalam mereplikasi kata-kata yang menggunakan konsonan tak bersuara.

Bagaimana dengan konten multimedia yang lain? Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memverifikasi konten video dan foto? Temukan jawabannya di Data and Computational Journalism Conference Indonesia (DCJ-CI) 2022!

DCJ-CI 2022 akan mengadakan pelatihan fact-checking sebagai bagian dari rangkaian empat hari acara DCJ-CI 2022. Pelatih yang turut hadir adalah Ika Ningtyas, fact-checker dari Tempo.co dan juga Adi Syafitrah, fact-checker dari MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) sekaligus fasilitator kelas Kebal Hoas dan Kelas Cek Fakta.

Selama empat jam pelatihan, peserta tidak hanya mendapatkan tips dalam hal memperhatikan keaslian konten-konten foto dan video secara manual, tetapi juga berlatih menggunakan tools pemeriksa keaslian konten, seperti Google Reverse Image, Yandex, TinEye, dan InVid. Pelatihan tidak hanya berfokus pada pemeriksaan fakta konten foto dan video, tetapi juga pencarian media sosial dan pencarian lokasi. Peserta akan diajak berlatih memeriksa lokasi menggunakan Google Map, Google Earth Pro, dan Suncale, dan juga berlatih memverifikasi profil menggunakan WhoIs dan tools lain.

Pelatihan oleh Ika Ningtyas dan Adi Syafitrah akan diadakan pada hari kedua DCJ-CI 2022, Kamis, 28 Juli 2022, pukul 13.00 sampai 17.00 WIB di Universitas Multimedia Nusantara.

Pelatihan ini gratis, tapi slot terbatas! Segera daftarkan diri Anda di sini dan jangan lewatkan kesempatan membekali diri dengan kemampuan menggunakan tools fact-checking untuk memverifikasi foto, video, media sosial, hingga lokasi.

Sumber: Verification Handbook 1 & Dubawa

DCJ-CI 2022 adalah konferensi hybrid pertama jurnalisme data dan komputasi di Indonesia dan akan diselenggarakan pada 27 sampai 30 Juli 2022. Selama empat hari, DCJ-CI 2022 mengundang puluhan ahli dan praktisi di bidang jurnalisme data dan komputasi dalam diskusi interaktif, seminar, hingga pelatihan. Jadwal lengkap konferensi dapat dilihat di sini.

Bagikan Artikel Ini :

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn

Instagram