Apa yang ada dibenak Anda, para jurnalis, ketika mendengar tentang ‘jurnalisme data’? Bekerja dengan angka? Bekerja bersama data specialist dan tim IT? Membutuhkan energi dan waktu ekstra dalam bekerja?
Kami merangkum persepsi yang kerap berhembus seputar jurnalisme data dan beberapanya di antaranya adalah mitos! Berikut adalah mitos-mitos yang kami tampik:
- Perlu mahir matematika, statistika, dan coding untuk memulai bekerja dengan data
Angka. Bagi para jurnalis yang kurang menikmati matematika, apalagi statistik, inilah salah satu ketakutan terbesar dalam mencoba bekerja dengan data. Sebuah studi memaparkan fenomena ini juga terjadi pada mahasiswa yang mengambil fokus studi jurnalistik di Amerika Serikat, di mana pemikiran “saya tidak suka dengan matematika” menjadi penyebab malasnya mereka mengambil mata kuliah jurnalisme data.
Memang betul bahwa jurnalis membutuhkan pemahaman dan dasar-dasar menghitung dalam bekerja dengan angka. Namun, jurnalis tidak perlu menjadi ahli. Karena pada akhirnya ada alat yang menjadi pembantu terbesar dalam dunia jurnalisme data: Spreadsheet atau Excel. Tools ini dilengkapi dengan fitur-fitur lengkap dan formula-formula dalam penghitungan, yang memudahkan dalam proses pembersihan data hingga analisis data nantinya.
Anda juga mungkin banyak melihat jurnalis data yang kemudian bekerja dengan bahasa pemrograman seperti Javascript, Python, dan sejenisnya. Bahkan, mungkin beberapa yang Anda kenal memiliki latar belakang programming. Pengetahuan tentang coding memang diperlukan untuk nantinya memvisualisasikan data. Namun, jurnalis tidak perlu menjadi ahli coding untuk memulai bekerja dengan data! Dewasa ini, banyak layanan yang bisa membantu jurnalis memvisualisasikan data, seperti Tableau, Floursih, Infogram, Mapbox, dan Datawrapper.
- Data sulit untuk ditemukan
Faktanya, di era sekarang di mana penyimpanan informasi dilakukan secara digital, data menjadi tersebar di mana-mana dan bisa ditemukan hanya dengan memasukkan kata kunci ke mesin pencarian. Mempelajari cara dan trik menyaring pencarian di mesin pencarian akan sangat membantu proses pencarian data.
Jurnalis juga bisa memanfaatkan portal open data yang menyediakan set data dari berbagai sumber dalam satu tempat. Salah dua portal yang banyak diketahui adalah World Bank dan Kaggle. Sementara, pemerintah Indonesia memiliki portal data bernama Satu Data.
[Baca artikel “Tips Mencari Data di Mesin Pencarian untuk Jurnalis”]
- Data menjadikan pekerjaan jurnalis kompleks dan membingungkan pembaca
Memang benar bahwa belajar menjadikan data basis dalam pekerjaan jurnalisme membutuhkan waktu dan proses. Namun ketika sudah memahami dasarnya, data berpotensi membantu jurnalis melihat pola, sudut pandang baru, dan bahkan memberikan jawaban atas pertanyaan yang sebelumnya tidak ditemukan hanya lewat wawancara dengan narasumber. Fakta yang sebelumnya disampaikan lewat tulisan hingga berparagraf-paragraf, dapat ditampilkan hanya dengan satu visualisasi data kuat. Jika visualisasi data Anda malah membingungkan pembaca, artinya ada aspek yang salah dengan visualisasi Anda, karena visualisasi seharusnya memudahkan pembaca memahami data, bukan sebaliknya.
- Produk jurnalisme data tidak bisa menyentuh emosi pembaca
Mungkin Anda termasuk jurnalis yang terlena karena berhasil mengolah data dan menampilkannya dengan grafis yang menakjubkan. Atau, Anda berada di posisi yang memandang produk jurnalisme data hanya sekedar angka dan tidak bisa menyentuh emosi pembaca.
Jurnalis data membutuhkan konsep ‘humanising the data’ atau ‘memanusiakan data’. Bahwa dibalik setiap angka, ada cerita yang angka itu sendiri tidak bisa ungkap. Pembaca memerlukan cerita sesama manusia untuk memahami implikasi data yang disuguhkan. Jurnalis memegang peran penting dalam menjembatani data ini dengan cerita nyata di lapangan, sehingga bagi pembaca angka itu menjadi hidup.
Data and Computational Journalism Conference Indonesia (DCJ-CI) 2022 siap menampik keraguan Anda tentang jurnalisme data dan mengenalkan Anda lebih dekat akan pentingnya praktik jurnalisme data dalam pekerjaan. Mengundang belasan ahli jurnalisme data dan komputasi dari berbagai negara, DCJ-CI akan diadakan secara hybrid selama empat hari, dari 27 hingga 30 Juli 2022. Tunggu apa lagi? Yuk, daftar sekarang di www.dcjci-2022.com.
Sumber: Datajournalism.com & Open Knowledge Foundation